MR. BESAR MARTOKOESOEMO
(8 Juli 1894 - 23 Februari 1980)
ADVOKAT PERTAMA RI, PEMBELA TERDAKWA MISKIN DI PERSIDANGAN
Mr. Besar Martokoesoemo lahir di Brebes 8 Juli 1894 dan wafat pada 1980 diusia 86 tahun, beliau dikenal sebagai advokat atau pengacara generasi pertama Indonesia dan Walikota Tegal pertama dengan masa jabatan 1942-1945 serta tercatat sebagai anggota BPUPKI. Beliau merupakan putera dari Mas Soemoprawiro Soemowidjojo seorang mantri gudang garam di Pemalang. Beliau memulai pendidikan di Europeesche Large School (ELS) Pekalongan dan melanjutkan ke Hogere Burger School di Semarang namun tidak sampai tamat karena beliau masuk Recht School (sekolah kehakiman) yang dibuka pada pertengahan 1909 dan lulus pada 1915. Pada 1919 beliau dipindahkan ke Pengadilan Negeri (Landraad) Semarang, pengadilan ini khusus menangani para terdakwa kelas tiga atau terdakwa pribumi, disana beliau melihat betapa berbedanya perlakuan antara terdakwa pribumi dengan terdakwa warga Eropa. Terdakwa pribumi harus berjalan jongkok dan menunduk ketika berada dalam persidangan, bagi beliau itu merupakan salah satu penghinaan dan bentuk merendahkan harkat martabat kaum pribumi. Melihat hal tersebut beliau bertekad memperluas dan menambah pengetahuan dibidang hukum, Negeri Belanda menjadi incaran beliau pun hijrah ke Belanda sekitar tahun 1919/1920 dengan dana sendiri.
Beliau berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Leiden dan lulus tahun 1923, beliau pulang di Hindia Belanda dengan membawa gelar Mr (Meester in Rechten) dan membuka firma hukum di Tegal.Beliau juga ikut menjadi tim pembela bagi para pemimpin partai PNI ketika diburu dan dibawa ke persidangan oleh Pemerintah Hindia Belanda, beliau juga sempat berkiprah dalam organisasi pergerakan nasional, beliau pernah menjadi Ketua Boedi Oetomo cabang Tegal dari 1934 hingga 1939 dan Ketua Partai Indonesia Raya (Parindra) dari 1939 hingga 1940. Beliau pun sempat menjadi pamongpraja hingga akhirnya berhasil menjadi Walikota Tegal pada 1942, era Indonesia merdeka beliau diangkat menjadi Residen Pekalongan kemudian Residen Semarang. Awal revolusi beliau bersama Residen Banyumas Iskaq Tjokroadisurjo berhasil mendapatkan senjata militer Jepang melalui jalur diplomasi, senjata itu kemudia menjadi senjata tentara Republik. Saat menjadi Residen Pekalongan beliau hampir menjadi korban dari Peristiwa Tiga Daerah namun berhasil selamat karena tengah dalam perjalanan dinas ke Semarang. Dalam perundingan Roem-Royen beliau sempat menjadi tenaga ahli bagi delegasi Indonesia.
Setelah revolusi selesai, beliau sudah menjadi pegawai tinggi pemerintah pernah dijadikan sebagai Sekertaris Jenderal Departemen Kehakiman hingga tahun 1958 dan beliau menggagas lembaga bantuan hukum bersama pengacara kawakan Indonesia Adnan Buyung Nasution. beliau menikah dengan ibu Loesinah Martokoesoemo dan dikaruniai 4 orang anak yaitu Mas Roro Mariatne, Mas Roro Indraningsih, Mas Soeksmono, dan Mas Wisnoentoro, dan salah satu anak beliau menikah dengan Pahlawan Revolusi Letjen TNI Anumerta MT Haryono. Beliau juga pernah menjadi Ketua Persatuan Wredatama Indonesia sejak tahun 1965, beliau wafat pada 23 Februari 1980 pada usia 86 tahun.
(Dirangkum dari berbagai sumber)
#semuabolehbelajarsejarah
Komentar
Posting Komentar