FILM MUSIKAL PERTAMA INDONESIA

ASRAMA DARA 

(FILM MUSIKAL PERTAMA INDONESIA)



Resensi Film | "Asrama Dara" (1958) Halaman 1 - Kompasiana.com



Asrama Dara mungkin nama film ini terdengar begitu asing bagi kita, ya wajar saja film ini rilis kurang lebih 62 tahun yang lalu tepatnya 1958. Saya belum lahir saat itu dan mungkin saja nenek saya juga masih kecil, entah beliau ingat atau tidak. Namun buat saya film ini cukup menarik, baik dari segi sinematografis (teknik pengambilan gambarnya), jalan ceritanya, pemain, bahkan latar yang disajikan di film ini. Awal saya melihat film ini gara gara film ini muncul tiba-tiba di beranda youtube saya. Ya sudah akhirnya saya klik dan akhirnya keterusan nonton. 

Film ini dibuka dengan sebuah pesawat Dakota milik maskapai Garuda Indonesia Airways (GIA cikal bakal maskapai BUMN Garuda Indonesia) lepas landas meninggalkan bandar udara Kemayoran (dahulu bandara utama di indonesia terletak di Kemayoran sebelum pindah ke bandara Soekarno-Hatta sekarang). Beberapa saat kemudian terlihat pramugari pesawat memberikan layanan kepada penumpang seperti biasa sambil sesekali memberi pengumuman melalui interkom. Setting berpindah memperlihatkan sebuah kampus, yaps Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Salemba dengan suasana lab yang tengah mempraktikan operasi disana (reaksi saya saat pertama kali liat itu "wihh UI ternyata kampus legend ya, sampai masuk film coy). lalu terlihat adegan seorang wanita keluar dari lingkungan kampus dengan dijemput oleh seorang laki-laki, serta para penghuni asrama wanita yang tengah pulang ke asrama dan ditampilkan judul "Asrama Dara." 

Sepanjang saya menonton film ini, saya cukup berdecak kagum karena saat Republik ini masih cukup muda berdiri tapi sudah mampu menghasilkan film dengan sinematografis yang sangat baik. dinamika kehidupan para wanita penghuni asrama sangat tersaji dengan baik, mulai dari asrama yang kedatangan penghuni baru  (gadis kembar bernama Anni dan Inna) yang berasal dari keluarga orang penting namun karena pertengkaran ayah dan ibunya membuat mereka dikirim ke asrama tersebut, Rahimah yang digoda oleh Tari mengenai masalah menikah padahal sebenarnya dia memang dipaksa menikah sehingga harus mengorbankan pendidikannya. Namun akhirnya berhasil ditolong oleh Nasrul untuk menyelesaikan masalahnya hingga akhirnya meminangnya, hingga kisah cinta Tari dengan laki-laki yang seharusnya menjadi ayahnya. Semua dinamika tersebut tersaji dengan sangat apik didalam film tersebut. 

Film yang disutradarai oleh Alm. Usmar Ismail ini dibintangi oleh aktris tersohor pada masa itu, seperti Chitra Dewi (pemeran Rahimah), Aminah Tjendrakasih (pemeran Tari), Fifi Young (pemeran bu Siti), Baby Huwae (pemeran Maria), Bambang Hermanto (pemeran Imansyah), Rendra Karno (pemeran Broto), Bambang Irawan (pemeran Nasrul), serta Nubani Jusuf dan Suzanna (pemeran Anni dan Inna). Akhir kata film ini membuat saya sadar bahwa sineas negeri ini adalah sineas yang sangat berbakat dan sangat spektakular karena telah mampu menggarap film yang memiliki kualitas sekelas Hollywood dan berharap agar sineas kita era sekarang dapat melanjutkan apa yang telah dibuat oleh sineas terdahulu kita.

Majulah Sineas Indonesia 

Sumber foto : Kompasiana.com

Komentar