PAK PRAPTO, SELAMAT HARI LAHIR


LETNAN JENDERAL TNI ANUMERTA RADEN SUPRAPTO 



R. Suprapto (pahlawan revolusi) - Wikipedia bahasa Indonesia ...



(KITA HARUS PERCAYA KEPADA TUHAN, SEBAB TUHAN ITU MAHA ADIL) 



Letnan Jenderal TNI Anumerta Raden Suprapto (lahir di Banyumas, Purwokerto, Jawa Tengah 20 Juni 1920 wafat di Jakarta 1 Oktober 1965 diusia 45 tahun.) Adalah salah satu pahlawan revolusi yang menjadi korban kebiadaban Gerakan 30 September/PKI yang terjadi pada tahun 1965. Beliau adalah anak bungsu dari pasangan RA Alimah dan R. Pusposupeno dan memiliki 9 orang kakak, beliau menikah dengan Ibu Julie Suparti pada 4 Mei 1946 dan dikaruniai 5 orang anak dari pernikahan beliau. 

Masa kecil beliau dihabiskan di Banyumas Jawa tengah, daerah Banyumas terkenal akan suasana religusnya dan itu cukup mempengaruhi watak dan kepribadian beliau. Beliau tumbuh menjadi pribadi yang lembut dan bersahaja, dan selalu memberikan nasehat dan membina keluarga beliau untuk selalu bersikap sabar dan tawakal kepada Tuhan. Beliau memulai pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Purwokerto pada usia 7 tahun, beliau sangat menggemari pelajaran matematika, lanjut ke MULO bagian B dan AMS bagian B di Jogjakarta. Kala duduk di bangku MULO beliau memiliki kegemaran menggambar alat-alat perang seperti meriam, senapan, tank, dan sebagainya. Saat duduk di bangku AMS beliau sempat membuat tulisan berjudul Mijn Ideaal (cita-citaku) dan mendapat nilai terbaik serta dibuat di majalah Vox, tulisan tersebut berhasil menggugah para pemuda untuk bangkit berjuang dan memperbaiki nasib bangsanya. 

AMS berhasil Pak Prapto selesaikan pada 1941, namun suasana dunia mulai berubah dan suasana tanah air mulai diliputi ancaman akibat Perang Dunia II. Pak Prapto memulai pendidikan militer dengan memasuki Koninklijk Militaire Akademie (KMA) namun tidak sempat tamat karena pada 1942 Hindia Belanda menyerah tanpa syarat pada Jepang, beliau sempat merasakan penjara Jepang namun berhasil melarikan diri dan pulang ke Purwokerto. Namun hasrat beliau untuk masuk militer tidak padam, beliau kembali dan masuk kursus Cuo Seinen Kunrensyo (pusat latihan pemuda) dan bekerja di kantor pendidikan Masyarakat Desa Banyumas. sebetulnya alasan utama beliau mengikuti kursus tersebut karena beliau ingin mendorong para pemuda untuk berlomba-lomba untuk memperbaiki nasib bangsanya serta tertarik akan soal-soal sosial dan kepemudaan. saat berkegiatan sosial itulah beliau berkenalan dengan pemuda Soedirman yang kelak menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia Pertama. Beliau juga mengikuti organisasi semi militer yang ada saat itu seperti Keibodan, Seinendan, dan Syuisyintai. 

Karier militer beliau dimulai kala kemerdekaan Indonesia tiba, Pak Prapto kala itu tengah berada di Cilacap dan terbawa arus Revolusi serta bangkitnya semangat militer beliau, beliau turut aktif dalam usaha perebutan senjata militer Jepang. Karena kemampuan dan pengalaman beliau yang dinilai cukup baik maka setelah Divisi V TKR Purwokerto terbentuk beliau diserahi jabatan Kepala Bagian II Divisi V dengan pagkat Kapten. Kala pertempuran Ambarawa 12-15 Desember 1945 Pak Prapto Turut mendampingi Kolonel Soedirman yang menjadi Komandan Divisi V TKR Purwokerto. Saat Pak Dirman dilantik menjadi Panglima TNI pertama, beliau memilih Kapten Soeprapto sebagai ajudan beliau, itu bukanlah tugas yang ringan karena Pak Prapto terlibat aktif dalam segala kesibukan Pak Dirman sebagai seorang panglima. kala itu jua beliau mengakhiri masa lajang nya dengan menikahi gadis pilihan hati bernama Julie Suparti, gadis kelahiran Cilacap yang beliau nikahi pada 4 Mei 1946. Saat Markas Komando Jawa (MBKD) terbentuk pada 1948 Pak Prapto menjadi Kepala Bagian II MBKD dan berkedudukan di Jogjakarta, kala itu MBKD dipimpin oleh Kolonel A.H Nasution. Bulan Oktober 1948 beliau dipindahkan ke Solo dan memegang jabatan Kepala Divisi II sekaligus perwira diperbantukan pada staf Gubernur Militer Daerah Surakarta-Pati-Semarang yang dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto kala itu beliau berpangkat Mayor Tugas beliau cukup berat karena saat itu sedang dilanda pemberontakan PKI. 

Satu tahun berlalu, perang kemerdekaan telah berakhir dan dislokasi pasukan TNI ditata kembali Pak Prapto dipindah ke Semarang dan diserahi jabatan Kepala Staf Territorium IV/Diponegoro dengan pangkat Letnan Kolonel, Desember 1950 beliau ditarik ke Jakarta dengan jabatan baru yang telah menunggu Kepala Bagian II Staf Umum Angkatan Darat dan setahun kemudian beliau menjadi Asisten I KSAD. Pada waktu yang bersamaan Letnan Kolonel Suprapto juga memegang jabatan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat jabatan rangkap ini cukup menyita waktu dan perhatian beliau. 
Desember 1953 setelah dua tahun menjabat sebagai Wakil KSAD beliau menyerahkan jabatannya kepada Kolonel Zulkifli Lubis setelah itu beliau menjabat sebagai perwira menengah diperbantukan pada Menteri Pertahanan dan beberapa bulan kemudian beliau menjadi Sekertaris Jenderal Kementerian Pertahanan 1 Juli 1954 dengan pangkat Kolonel. 6 Agustus 1956 beliau mengikuti Kursus C Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD)  selama beberapa bulan, setelah selesai Pak Prapto diserahi Jabatan Deputy KSAD untuk wilayah Sumatera dan berkedudukan di Medan dan pangkat beliau naik mejadi Brigadir Jenderal bintang satu telah bersandar dipundak namun tugas yang diemban tidaklah ringa. Kala itu PRRI tengah berkecamuk di Sumatera Pak Prapto harus bekerja keras agar pemberontakan itu tidak kembali terjadi serta harus bijaksana dalam menghadapi tokoh TNI yang terlibat. 


Setelah dua tahun lamanya bertugas di Sumatera, Juli 1962 Pak Prapto ditarik ke Jakarta dan jabatan baru telah menanti di Markas Besar Angkatan Darat, Deputy II Menteri Panglima Angkatan Darat/D-II MENPANGAD bidang Administrasi dan ini menjadi jabatan terakhir beliau, kala memegang Jabatan inilah beliau harus gugur oleh tangan-tangan biadab Pengkhianatan G30S/PKI 1965. 
Pak Prapto, selamat hari lahir 





#semuabolehbelajarsejarah 

Rujukan penulisan : 

sejarah-tni.mill.id

sumber foto : 

Wikipedia.com


  

Komentar