PENGALAMAN BELAJAR SEJARAH 1965
1965
Hari ini 30
September, ya 55 tahun yang lalu terjadi
satu tragedi besar yang "mengubah" jalannya bangsa. 6 Jenderal dan
1 Perwira Pertama TNI AD diculik dan dibunuh oleh "orang-orang"
yang ingin mengubah dasar negara (atau
"katanya" menggulingkan presiden yang saat itu tengah
"bertakhta,") tapi saya lebih "yakin" yang faktor
pertama. Karena ada yang saya pelajari baik dari "resmi"
maupun "tidak resmi" ya itu yang terjadi (“namun untuk
"runtuhnya" pemerintah saat itu mungkin memang sudah waktunya karena
sudah 21 tahun berkuasa walaupun "banyak politisnya") namun itu
yang terjadi. Dari kemarin-kemarin sampai hari ini, sudah banyak postingan dan
artikel yang dibuat untuk mengenang tragedi ini. Jujur saya sebagai anak muda
cukup senang tapi disisi lain "bingung" kenapa? kalo dibilang
bertentangan dengan apa yang saya pelajari dan saya dapatkan, jawabannya ya
namun yang saya bingungkan mereka mengambil sisi "bertentangannya"
dari sebelah mana? karena beberapa kali saya mencoba mengambil sisi "kiri" untuk
melihat peristiwa ini, toh hasilnya kesana juga. Saya beberapa kali mencoba
melihat dari sisi "kiri" seperti membaca artikel medium yang berhubungan
dengan 65, lalu melihat pementasan
drama Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer (via
Youtube) menonton film "Pulau Buru Tanah Air Beta"(walaupun
trailer ya, karena saya cari filmnya ngga ketemu dan akhirnya saya mencari
artikel yang membahas tentang film itu alhamdulillahnya ada) lalu saya juga
pernah melihat tayangan Festival "Belok Kiri The Fast*"
(maaf kalo penulisannya salah) saya juga mencoba menonton film Jagal karya
Joshua Oppenheimer (walaupun tidak selesai karena saya
ngga ngerti jalan ceritanya) tapi saya merasa saya tetap melihat "Dark"
nya mereka.
Ok
sekarang kita ke "kanan." Alhamdulilah nenek saya sangat aktif
menceritakan sejarah (terutama sejarah mengenai 1965) karena saat itu nenek
saya berusia 14 tahun dan sudah menikah (untuk yang kedua kalinya.) Setiap
kali beliau menceritakan peristiwa ini ada dua hal yang terjadi, pertama beliau
akan menceritakan dengan nada "marah" yang tertahan dan raut muka yang sedih kedua beliau akan selalu
bilang "jangan sampe turun ke anak, cucu, buyut."
mungkin wajar, karena ini berhubungan juga dengan kejadian dimana rumah nenek
saya (dan suaminya yang kedua) pernah ditaro plang PKI (oleh orang tidak
dikenal) dan saat keluarga nenek saya ditawari masuk salah satu organisasi
underbownya (khusus kaum wanita) oleh tetangganya yang anggota juga (namanya
ceu eurum) dengan berbagai fasilitas (seperti beras, dapet duit 3 juta/bulan dll)
namun untungnya nenek saya menolak dan memperingatkan keluarganya dengan keras "Jangan
Mau Masuk, Bakalan Ada Kejadian Gede!" dan ya benar saja (Kalo beliau
menerima, mungkin saya sudah jadi cucu PKI dan mama saya ngga bisa jadi
Dosen.)
Lalu
dibangku sekolah, bisa dibilang saya cukup getol dalam pelajaran sejarah
apalagi saat bab G30S/PKI (terutama saat dibangku SMP ya sampai
teman-teman terheran-heran waktu itu) dan dimasa SMA (saya lulusan 2020, kuliah
juga baru mulai 21 September kemarin) saya cukup sering berdiskusi dengan guru
sejarah saya bahkan pernah meng"kick" beliau sampe beliau tidak bisa
ngomong saat menjelaskan teori dalang peristiwa G30S/PKI (karena saya
sudah mengetahuinya sedari SMP.)
Bersambung
Komentar
Posting Komentar