Mengungkap sisi lain keluarga Pahlawan Revolusi : Keluarga Bapak Soeprapto


Keluarga Bapak Soeprapto 





Bapak Soeprapto dan Ibu Juli Suparti menikah pada 4 Mei 1946 dan di karuniai 5 orang anak. Ibu Ratna Purwati, Ibu Sri Lestari, Bapak Pudjadi Setia Dharma, Alm. Bapak Asung Pambudi Budhidharma, dan Bapak Arif Prihadi Adjidharma.

Selama 19 tahun menjalani pernikahan beliau dan keluarga menjalani kehidupan sederhana, keluarga beliau tinggal di Jl. Besuki No. 17 Menteng Jakarta Pusat. Beliau selalu mengajarkan kepada keluarga beliau mengenai kesederhanaan dan pentingnya mendekatkan diri kepada Tuhan, seperti perkataan yang selalu beliau ucapkan “Kita semua harus selalu percaya kepada Tuhan, karena Tuhan itu adil adanya kalau kita memohon pertolongan kepadanya tentu Tuhan akan memberikan pertolongan kepada kita semua, kita harus memasrahkan segala sesuatunya di tangan Tuhan, kita harus menerima dengan tabah dan tawakal kepada segala percobaan yang diberikan kepada kita.”

            Beliau juga menanamkan bagaimana hidup sederhana, hal itu tercermin dalam cerita yang saya kutip dari buku Tujuh Prajurit TNI Gugur 1 Oktober 1965 “untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seluruh keluarga harus hidup hemat. Ayah sendirilah yang langsung memberikan teladan atas gaya hidup yang bersahaja dan apa adanya, dirumah, tiap kali kami menuntut macam-macam, ayah akan bersikap keras “kalian tidak boleh melihat keatas, kalian harus melihat kebawah, kalian tau tidak bagaimana para prajurit itu makan ?.’’ Beliau juga dikenal sebagai seorang bapak yang baik, penyabar, dan anak yang berbakti kepada orang tua. Beliau pernah menyempatkan diri untuk menginap di rumah orang tua beliau di Purwokerto untuk melepas rindu kepada orang tua beliau.  Menjelang wafatnya beliau, beliau seolah memberikan firasat, pertama saat beliau bersama dengan putri sulung beliau beliau melontarkan pertanyaan “kamu sedih tidak kalua bapak meninggal dunia?” namun seolah firasat ini cepat sekali berlalu, kedua setiap pulang kerja beliau selalu membawa buku baru, ketiga suatu ketika beliau berbaring di kursi yang diletakkan di kolam kosong yang terdapat di rumah beliau.

 

Untuk menopang perekonomian keluarga sepeninggal Bapak Soeprapto, istri beliau melakukan beberapa usaha, seperti berjualan es mambo di lingkungan sekolah dekat rumah beliau, berjualan batik yang beliau datangkan dari Jawa Tengah, membuat kue-kue ketika menjelang hari raya, serta berjualan bunga potong yang beliau distribusikan ke toko-toko bunga di sekitar rumah beliau, hingga akhirnya beliau berhasil mengantarkan anak-anak beliau hingga bangku perguruan tinggi     

 

Sekian sedikit cerita keluarga Pahlawan Revolusi, keluarga Bapak Soeprapto

Nantikan cerita keluarga selanjutnya 


Komentar