Kartini
Pahlawan Revolusi :
Ibu S.
Parman
Halo
semua, kali ini saya akan membuat satu segmen dalam Blog saya yakni “Kartini
Pahlawan Revolusi”. Segmen ini bersumber dari buku Dari hati ke hati yang
ditulis oleh Ibu A. Yani
Segmen
ini akan dimulai dengan kisah Ibu S. Parman. Ibu S. Parman menikah dengan Bapak
S. Parman pada Februari 1951. Mereka mengarungi rumah tangga mereka selama 14 tahun,
namun pernikahan mereka tidak dikaruniai seorang anak pun. Ditahun 1965, bapak
S. Parman menjadi korban dari kebiadaban G30S/PKI. Sepeninggal Bapak S. Parman,
Ibu S. Parman ditemani oleh keponakan dan saudara-saudara beliau ataupun dari Bapak
S. Parman. Jumlah yang menemani pun cukup banyak, sekitar 14-15 orang. Saat itu
beliau juga menerima bantuan dana sebesar Rp 230 dan uang lauk-pauk sebesar Rp
75 dan bantuan dana pensiun.
Selain
itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup beliau, beliau juga melakukan jual beli kain
dikisaran harga Rp 230 sampai Rp 300. Jual beli kain ini beliau lakukan sejak kepulangan
beliau beserta suami dari London (Bapak S. Parman sempat menjadi Atase Militer
disana). Selain itu Ibu S. Parman memiliki hoby menjahit pakaian, membordir,
dan merangkai bunga.
Selain
itu, beliau juga memiliki kesenangan mengumpulkan boneka dan asbak. Bapak S.
Parman tergolong suami yang sangat perhatian kepada istrinya, hari minggu merupakan
hari “Quality Time” bagi beliau berdua, selain itu Bapak S. Parman suka membawakan
oleh-oleh untuk istri beliau, seperti beliau suka membawa pulang kue kecil yang
disajikan saat rapat kantor untuk dibawa pulang, coklat dari pesawat, dan
hadiah kecil lainnya untuk istri beliau.
Sebelum
menjadi korban peristiwa G30S/PKI, sempat ada tanda-tanda atau isyarat yang
ditangkap oleh Ibu S. Parman menjelang kepergian suami beliau, seperti saat
satu setengah tahun sebelum kejadian, beliau menangkap isyarat bahwa suami
beliau jika dimakamkan di Taman Pahlawan akan sangat Bahagia, lalu beberapa
beliau kemudian, suami beliau memerintahkan ajudannya untuk memasang bingkai
pada foto beliau sebagai kenang-kenangan untuk Ibu S. Parman. Lalu dua minggu
sebelum kejadian, Bapak S. Parman berpesan kepada istri beliau untuk berhati-hati
dirumah, karena Bapak S. Parman akan ke
perbatasan, dan mungkin disana beliau akan ditembak musuh, lalu satu hari
sebelum kejadian beliau disuruh oleh suami beliau untuk berjalan-jalan melewati
cawang dan by pass, sore hari sebelum kejadian beliau mengajak istrinya jalan-jalan
keliling kota dan pada hari minggu akan diajak pergi ke Bogor. Dan sesaat sebelum
kejadian beliau berdua dikejutkan oleh banyaknya burung yang terdapat di kamar
depan
Ya
demikian pembahasan segmen “Kartini Pahlawan Revolusi” Ibu S. Parman, nantikan
segmen Kartini Pahlawan Revolusi lainnya yang akan membahas kisah perjuangan
istri pahlawan revolusi lainnya.
Salam
Komentar
Posting Komentar