Kisah Keluarga Pahlawan Revolusi : Keluarga Jenderal D.I Pandjaitan

 

Kisah Keluarga Pahlawan Revolusi : Keluarga Jenderal D.I Pandjaitan 



Jenderal DI Pandjaitan adalah salah satu pahlawan revolusi yang gugur dalam perstiwa G30S/PKI. Beliau merupakan anak kedua dari  pasangan Bapak Raja Herman Pandjaitan dan Ibu  Dina boru Napitupulu. Beliau lahir di Balige Suamtera Utara 9 Juni 1925 dan wafat di Jakarta 1 Oktober 1965 diusia 40 Tahun, beliau memiliki istri Ibu  Marieke boru Tambunan dan dari pernikahan beliau berdua dikaruniai 6 orang anak.

Sebelum terjadinya peristiwa berdarah 1965 terjadi, terdapat beberapa cerita yang terjadi, seperti pada suatu hari Jenderal DI Pandjaitan menerima tamu dari Markas Besar Angkatan Darat. Sempat terjadi perbincangan serius diantara beliau dan tamu tersebut, dan ternyata perbincangan tersebut membicarakan rencana pengawalan bagi Jenderal Pandjaitan. Usulan tersebut muncul karena melihat ketegangan politik yang sudah sangat memanas. Kemudian Jenderal Pandjaitan mengatakan “Mengapa harus dikawal? Saya tidak pernah dikawal. Kalau terjadi apa-apa itu sudah menjadi resiko seorang tentara. Saya percaya pada Yang Maha Kuasa saja” ucap beliau. Pada suatu hari anak-anak Jenderal Pandjaitan juga menemukan sebuah memo yang ditulis dan ditandatangani oleh Jenderal Ahmad Yani yang bertuliskan “Kita harus berhati-hati, kita harus tegas, tidak bisa dan tidak boleh dibentuk Angkatan Kelima yang dipersenjatai. Usulan ini tidak boleh dan tidak bisa diterima oleh Angkatan Darat.” Dan dilain kesempatan, Jenderal Pandjaitan sempat mengatakan secara ringkas bahwa penolakan kehadiran Angkatan kelima dalam tubuh Angkatan Bersenjata RI merupakan sikap resmi dari Angkatan Darat.

Lalu terdapat kisah dimana pada malam sebelum tragedy itu terjadi, salah satu putra beliau yakni Bapak Salomo Pandjaitan tengah belajar pelajaran sejarah, Bapak DI Pandjaitan kemudian menghampiri sang putra dan meraih buku yang sedang dibaca anaknya, kemudian beliau membaca buku tersebut dengan sangat serius, sang putra pun cukup terkejut dengan peristiwa tersebut dan meraih buku lain dari tasnya dan membaca buku tersebut disamping sang ayah.

Kemudian menjelang tidur, Bapak DI Pandjaitan sempat mengelus-elus kepala putra beliau dan mengatakan “Sejarah menjadi penting bagi kamu dan kita sekeluarga, kamu harus membiasakan diri membaca buku sejarah dengan baik dan cermat” demikian Bapak DI Pandjaitan memberikan petuah kepada putranya.




Komentar