Letnan Jenderal TNI Anumerta MT Harjono

 

Segmen Kunang-Kunang Kebenaran di Langit Malam 

Letnan Jenderal TNI Anumerta MT Harjono 



Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Harjono adalah salah satu Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI. Beliau Lahir di Surabaya 20 Januari 1924, beliau merupakan putra ketiga pasangan Mas Harsono Tirtodarmo dan Patimah. Pendidikan yang beliau peroleh yaitu ELS (setingkat Sekolah Dasar),  kemudian diteruskan ke HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum). Setamat dari HBS Beliau sempat masuk Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan Jepang) di Jakarta, namun tidak sampai tamat.

 Beliau kemudian memulai karier militer pada masa awal kemerdekaan, beliau bergabung ke dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pangkat awal beliau Mayor. selama beberapa tahun beliau sering di pindah tugaskan antara lain beliau pernah bertugas di kantor penghubung Jawatan Tentara dan di tahun 1946 beliau pernah terlibat dalam perundingan dengan tentara Jepang dalam pemakaman ulang para korban yang gugur dalam peristiwa Lengkong Wetan. lalu sebagai Sekertaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda serta menjadi Sekertaris Delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar.

Selama karier militer beliau, beliau tidak sempat mementingkan kehidupan pribadi beliau, hingga akhirnya beliau menikah dengan Mariatne Mertokoesoemo dan dianugerahi 5 orang anak dari pernikahan beliau. Karier beliau terus menanjak hingga beliau mengemban jabatan sebagai Deputi III Menpangad Bidang Perencanaan dan Pembinaan, hingga petaka 1965 datang, beliau menjadi korban dari peristiwa G30S/PKI, beliau wafat pada usia 41 Tahun dan meninggal 5 putra-putri.



Firasat Kepergian

Terdapat beberapa firasat yang terjadi menjelang kepergian beliau, Firasat pertama adalah Satu bulan sebelum kejadian G30S/PKI, Jenderal MT Haryono terlibat perbincangan dengan ajudan beliau yang memperingatkan beliau akan keselamatannya dan keluarganya. Ajudan beliau sempat menyarankan bahwa tempat tinggal beliau harus dijaga dengan pengamanan yang sudah disediakan “Bapak harus berjaga-jaga. Kabar mengenai rencana penculikan dan pembunuhan itu barangkali benar.” Namun Pak Haryono menjawab dengan tenang.  “buat apa? Saya dan keluarga saya tak perlu dijaga.”

Fisarat kedua adalah firasat yang dirasakan oleh putra sulung Jenderal MT Haryono Bapak Babab Harianto, Bapak MT Haryono sempat memberikan petuah kepada putra sulung beliau. “Bab, kalau kamu sudah besar nanti, sebaiknya hindarilah berpolitik. Karena politik itu sangat berisiko. Politik itu menghalalkan segala cara. Selagi kamu berada dalam satu kelompok, kelompok itu akan menganggapmu sebagai teman, Tetapi begitu kamu berpisah, kamu akan dianggap sebagai musuh. Persahabatan dan kebajikan yang telah kamu lakukan di masa yang sudah-sudah, akan mereka lupakan. Makanya kamu tak perlu masuk politik. Masuk tentara boleh, tapi masuk politik, sekali lagi, jangan!.

Firasat ketiga adalah firasat yang terjadi Satu hari menjelang kejadian, anak-anak Jenderal MT Haryono tengah bermain di lapangan dekat rumah mereka, namun disaat yang bersamaan terdapat sepasukan tentara datang dan melakukan Latihan baris-berbaris tak jauh dari tempat mereka bermain. Tak lama salah satu diantara mereka datang dan bertanya kepada anak-anak Jenderal MT Haryono “dik, rumah Pak Haryono itu yang mana dik ?” dengan polos anak-anak beliau menunjuk ke arah rumah mereka.

Firasat empat adalah firasat yang datang langsung dari Jenderal MT Haryono memiliki kebiasaan menanam bunga anggrek sembari mendengarkan music klasik dan ditemani oleh putri bungsu beliau yaitu Ibu Endah Marina. Ibu Endah Marina biasa menemani Ayahanda beliau dengan duduk dikursi kecil disamping beliau, namun menjelang kejadian G30S/PKI kejadian tersebut tidak lagi ada, saat ibu Endah Marina datang mendekati ayahnya namun ia disuruh menjauh.

Dan Firasat terakhir adalah firasat yang terjadi beberapa jam sebelum kejadian, putri bungsu beliau Ibu endah marina mengalami mimpi buruk, putri bungsu Bapak Haryono mendapat mimpi bahwa ayahnya diculik walaupun sudah melawan namun beliau tidak bisa karena pasukan yang akan membawa beliau berjumlah sangat banyak dan bersenjata tombak yang sangat tajam.  Diujung mimpi itu putri bungsu bapak haryono melihat bahwa para pasukan tersebut berhasil membawa beliau yang sudah tidak berdaya dan bersimbah darah.   

 

·      Sepeninggal Beliau

Sepeninggal Bapak MT Harjono, istri beliau kemudian mengambil peran untuk menjadi orangtua tunggal bagi anak-anak beliau, dimulai dengan pindah ke rumah orangtua dari ibu mariatne di Jalan Haji Agus salim, beliau kemudian bangkit dan menjadi orangtua tunggal bagi putra-putri beliau. Ibu MT Haryono kemudian  berjualan anggrek untuk memenuhi kehidupan keluarganya, selain itu beliau juga kue-kue untuk dijual kala hari besar ataupun hari raya tiba. Akhirnya dengan uang terkumpul, Ibu MT Haryono kemudian membangun  satu Paviliun yang terletak di halaman rumahnya, dan akhirnya usaha pavilion yang dijalani oleh Ibu MT Haryono mengalami kemajuan yang pesat dan berhasil mengantarkan anak-anak beliau untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi dan terbaik.


Sumber : buku-buku yang bertemakan pahlawan revolusi  

 

 

 

 


Komentar