Jenderal AH Nasution
Jenderal
AH Nasution, adalah salah satu tokoh militer Indonesia yang memiliki kontribusi,
peran, dan gagasan luar biasa dalam sejarah Indonesia Beliau lahir di Kotanopan Distrik Mandailing
Natal Sumatera Utara, 3 Desember 1918 dari pasangan H.
Abdul Halim Nasution dan Hj. Zaharah Lubis. Ayah beliau merupakan seorang
pedagang tekstil, karet dan
kopi yang sukses dan merupakan seorang guru pesantren, sementara itu, kakek
beliau merupakan seorang guru silat yang dihormati. Ayah beliau lebih
menginginkan beliau untuk menjadi seorang guru, sedangkan Ibu beliau
menginginkan beliau untuk sekolah kedokteran di Batavia.
Beliau memulai Pendidikan di HIS dan
melanjutkan pendidikannya di Holandsche Indische Kweekschool (HIK), hingga pada tahun 1935, beliau pindah ke Bandung
karena HIK Sumatera Utara terpaksa ditutup. Selama beliau menempuh Pendidikan
di Bandung, beliau bertemu dengan seorang guru Belanda bernama Van der Werf. Werf adalah seorang pemimpin Partai Katolik
di Bandung. AH Nasution sangat menghormati Werf dan mempelajari banyak sejarah
dan politik darinya. AH Nasution juga banyak meminjam buku-buku filsafat,
militer, dan politik di sekolah barunya itu.
Salah satu buku favoritnya adalah buku Indonesia
Menggugat yang ditulis oleh Soekarno. Melalui
buku-buku itulah ketertarikannya di bidang politik dan militer menguat, seolah
memudarkan cita-citanya menjadi guru seperti ayah dan kakeknya. Setelah
menyelesaikan Pendidikan di HIK, beliau kemudian melanjutkan pendidikannya di
AMS dan berhasil lulus ujian AMS B di Jakarta. Beliau kemudian kembali ke
Bengkulu dan sempat mengajar disana. Beliau sempat menjadi kepala sekolah di
Sumatera Selatan, dan kehidupan beliau disana lebih layak. Namun beliau tetap
menyimpan keinginannya untuk bergabung kedalam kemiliteran.
Kemudian pada 1940, Pemerintah Belanda membuka sekolah
perwira Cadangan (CORO), beliau kemudian bergabung ke dalam sekolah perwira
tersebut. Beliau dikenal sebagai siswa berprestasi disana. Karier kemiliteran
beliau kemudian semakin menanjak, pada Maret 1946, beliau diangkat menjadi Panglima
Divisi III/Priangan. Tak lama kemudian, ia kembali diangkat sebagai Panglima
Regional Divisi Siliwangi yang bertugas di Provinsi Jawa Barat. Selama menjabat
ia banyak terlibat dengan peristiwa perang pasca-kemerdekaan. Ditahun 1948,
beliau menjabat sebagai Wakil Panglima TKR, beliau juga pernah menjabat sebagai
KSAD selama 2 periode, periode pertama 27 Desember 1949 sampai 18 Oktober 1952, periode kedua 1 November 1955 sampai 21
Juni 1962. Beliau sempat terlibat konflik dengan Presiden Soekarno saat itu,
dan berakhir dengan Peristiwa 17 Oktober 1952.
Pada tahun 1965, Jenderal AH Nasution, menjadi salah satu
tokoh yang diincar pada peristiwa G30S/PKI, beliau kemudian selamat namun putri
dan ajudan beliau menjadi korban, dari peristiwa tersebut. Beliau wafat pada 6
September 2000 di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
Sumber Rujukan :
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution
https://tirto.id/profil-ah-nasution-jenderal-yang-selamat-dari-g30s-1965-gQjf
Komentar
Posting Komentar